Melalui sajak aku cuba meluahkan suara hati dan pandanganku
sepanjang perjalanan hidupku yang sementara ini.
Sajak 1
BUDI YANG KUTELAN
Telah lama aku fikirkan
Pada ragam manusia
Tapi entahlah…….. aku tidak mengerti
Selangkah kakiku melangkah
Sejuta mata memandang
Sepatah suaraku meluncur
Sejuta lidah menjelir
Betapa peritnya…..takku tahan
Sesuap budi yang
kutelan
Tak terpikul sepanjang hayat
Bagai terminum segelas racun
Tajamnya ………menjerut leher
Setitik budi mengalir ditubuhku
Seumur hidup diriku terikat
Seluruh hati dirantai mati.
PULAU KAPAS
Menyelak kabus
Tirai di jendelamu
Khabarmu melambai-lambai
Mengukur dasarmu
Pulau Kapas
Di olak ombakmu
Aku cuba mencari
Hatiku yang hanyut
Bersama buih-buih
Tepuk sorak ombakmu
Aku jadi bosan
Dan di sini
Hanya kutemui
Peribadi seorang perempuan
Tersembinyi
Di sebalik sehelai tudung
Sajak 2
KEPULANGAN
Dari jauh
Menapak jejak
Wajah wajah desa
Mengintar di sebalik langsir
Telah hilang suara suara desa
Tiada teriak dari tangga
Mengajak singgah
Bersalam menepuk bahu
Bertanya khabar
Aku menjadi dagang
Di kamarsendiri
Langkah rindu terhitung
Bibir-bibir yang merisik
Saat keberangkatan
Aku menjadi manusia asing
Di hari pertama kepulanganku
PENGORBANAN
Seorang perempuan
Di jari kanan, Seurat
sutera
Di jari kiri, benang emas
Mejalin jalur pelangi
Melukis songket
Perempuan itu nadiku
Kini, tiada upaya
Seorang lelaki
Di bahunya bundalan
Di sisinya basikal tua
Menyusup desa ke desa
Menitiskan keringat
Menebar kain
Lelaki itu darahku
Kini tak larat
Mereka orang tuaku
Menelan duka, membina harapan
Pada zuriatnya
Aku yang kini dewasa.
Sajak 3
TRAGEDI BATU HITAM
Batu Hitam
Kukenal namamu
Dari bibir seorang dara
Pertama kali di sisimu
Aku kembali sedar
Wajahmu tak seburuk nama
Batu Hitam
Tingin bayumu
Tak kuduga membakar hati lelakiku
Kau raikan
Sepasang kekasih
Di hujung mataku
Batu Hitam
Kali pertama kusambut salammu
Kau ragut
Sebuah harapan
Nafas seakan terhenti
Lalu kusapu jejakku
Kali terakhir
Aku bersamamu